Imbas Perang Iran dan Israel: Ekonomi RI Diprediksi Melambat ke 4 Persen
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang perekonomian global. Kali ini, konflik bersenjata antara Iran dan Israel dinilai memberikan tekanan serius terhadap stabilitas ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Para analis memperkirakan bahwa akibat eskalasi konflik tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia berisiko melambat hingga menyentuh angka 4 persen—turun dari target semula yang berada di kisaran 5–5,3 persen.
Kondisi ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat luas untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dari dampak lanjutan konflik global.
Harga Energi Naik, Inflasi Mengintai
Salah satu saluran utama dampak perang Iran-Israel terhadap Indonesia adalah melalui lonjakan harga energi global. Mengingat kedua negara berada di kawasan strategis penghasil dan pengangkut minyak dunia, gejolak militer di sana otomatis membuat harga minyak mentah naik drastis. Kenaikan ini memicu lonjakan biaya produksi dan distribusi, yang pada akhirnya membebani konsumen.
Jika harga minyak dunia menembus angka psikologis USD 100 per barel, Indonesia berpotensi mengalami tekanan fiskal akibat subsidi energi yang membengkak. Selain itu, biaya logistik dan produksi bahan pokok juga akan terdorong naik, membuka peluang inflasi melampaui batas aman.
“Perang ini bukan hanya konflik wilayah, tapi juga mengguncang rantai pasok global dan menekan daya beli masyarakat,” ujar seorang ekonom dari lembaga riset ekonomi nasional.
Investasi Terhambat, Pasar Keuangan Goyah
Di sisi lain, ketidakpastian global membuat investor cenderung menahan diri untuk menanamkan modal, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Aliran modal asing mulai keluar dari pasar keuangan domestik, membuat rupiah tertekan dan pasar saham melemah.
Ketidakpastian ini diperburuk oleh sentimen negatif di sektor manufaktur dan ekspor yang terdampak pelemahan permintaan global. Jika situasi berlarut, maka lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga bisa ikut terimbas, menambah tekanan pada konsumsi domestik.
Pemerintah Diminta Ambil Langkah Cepat
Sejumlah pengamat menilai bahwa pemerintah perlu mengambil langkah mitigasi secepat mungkin untuk mencegah perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Strategi diversifikasi energi, efisiensi subsidi, dan insentif fiskal untuk sektor UMKM dinilai penting untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional.
Selain itu, diplomasi ekonomi juga harus ditingkatkan agar Indonesia tetap memiliki akses perdagangan dan pasokan energi yang stabil, meski kondisi internasional memburuk.
“Situasi ini harus disikapi dengan kebijakan antisipatif, bukan reaktif. Kepercayaan investor dan stabilitas harga harus dijaga,” tambah analis tersebut.
Perang antara Iran dan Israel membuktikan bahwa konflik di satu belahan dunia bisa menimbulkan efek domino hingga ke Asia Tenggara. Bagi Indonesia, waspada bukan berarti panik, tetapi menyiapkan strategi ekonomi yang fleksibel dan adaptif. Jika tidak diantisipasi dengan tepat, target pertumbuhan ekonomi nasional bisa melorot lebih dalam dari proyeksi 4 persen—dan rakyatlah yang akan menanggung dampaknya paling besar.