Hujan Terlebat Hong Kong: Penumpang Terjebak 28 Jam di Dalam Pesawat
Cuaca ekstrem melanda Hong Kong dalam beberapa hari terakhir. Hujan deras yang disebut sebagai hujan terlebat sepanjang tahun melumpuhkan berbagai aktivitas, termasuk penerbangan internasional. Dampaknya begitu parah hingga sejumlah penumpang pesawat harus mengalami hal di luar dugaan: terjebak di dalam pesawat selama 28 jam tanpa bisa turun.
Peristiwa langka ini menjadi sorotan dunia dan mencerminkan bagaimana perubahan iklim bisa menciptakan kondisi darurat bahkan di pusat transportasi sekelas Bandara Internasional Hong Kong.
Bandara Lumpuh, Penumpang Tak Bisa Turun
Ratusan penumpang mengalami pengalaman yang tak akan mereka lupakan. Setelah mendarat di Bandara Hong Kong, mereka tak kunjung diizinkan turun karena landasan, jalur parkir pesawat, hingga fasilitas darat tak bisa dioperasikan akibat banjir dan hujan deras berkepanjangan.
Sejumlah video dari media sosial menunjukkan pesawat yang tertahan di apron, sementara para penumpang hanya bisa menunggu dengan resah di dalam kabin yang mulai terasa sempit dan pengap. Beberapa maskapai bahkan harus menyuplai makanan darurat kepada penumpang karena waktu penahanan yang begitu lama melampaui jadwal normal.
Rekor Hujan Terburuk, Aktivitas Hong Kong Terhenti
Menurut Badan Observatorium Hong Kong, intensitas curah hujan kali ini merupakan yang tertinggi dalam satu dekade terakhir, dengan lebih dari 600 mm hujan tercatat dalam waktu kurang dari 24 jam. Hujan deras tersebut memicu banjir di sejumlah titik kota, gangguan listrik, hingga penutupan layanan transportasi publik dan jalan tol utama.
Layanan MTR (kereta bawah tanah), sekolah, hingga perkantoran terpaksa ditutup sementara. Pemerintah Hong Kong pun mengeluarkan peringatan merah, status tertinggi untuk kondisi cuaca berbahaya.
Keluhan dan Kepanikan Penumpang
Bagi para penumpang yang terjebak selama lebih dari sehari di pesawat, situasi menjadi sangat menantang. Beberapa di antaranya mengeluhkan minimnya informasi dari pihak maskapai, akses makanan dan air minum yang terbatas, serta stres psikologis karena ketidakpastian.
“Saya merasa seperti dikurung. Kami mendarat sore hari, dan hingga keesokan malamnya kami belum diizinkan turun,” ungkap salah satu penumpang melalui akun media sosialnya.
Beberapa maskapai akhirnya memberikan kompensasi berupa voucher, penginapan lanjutan, atau opsi perubahan jadwal terbang bagi penumpang yang terdampak.
Respons Otoritas dan Evaluasi Sistem Darurat
Pemerintah Hong Kong dan otoritas bandara menyatakan keprihatinan dan akan melakukan evaluasi terhadap sistem penanganan darurat. Mereka mengakui bahwa kondisi cuaca kali ini memang di luar ekspektasi dan menjadi tantangan besar bagi operasional bandara.
“Keamanan tetap menjadi prioritas utama. Kami akan meninjau kembali prosedur penanganan penumpang dalam kondisi cuaca ekstrem,” kata juru bicara Bandara Internasional Hong Kong.
Cuaca ekstrem bukan lagi fenomena langka, dan pengalaman para penumpang di Bandara Hong Kong menjadi cerminan nyata dampaknya terhadap infrastruktur global. Dengan durasi terjebak hingga 28 jam di dalam pesawat, peristiwa ini akan menjadi pelajaran penting bagi dunia penerbangan dalam menghadapi krisis akibat perubahan iklim.